Sunday 19 September 2010

Alergi Air Membuatnya Hidup Di Neraka

Mendengar seseorang mengalami alergi makanan atau alergi debu sudah sangat biasa. Tapi,
pernahkah mendengar seseorang mengalami alergi air? Lisa Melland, seorang penjual daging asal Derbyshire, Inggris,
merasa kesakitan saat bersentuhan dengan air. Kulitnya
seperti terbakar dan timbul ruam sesaat setelah bersentuhan
dengan air. Kondisi yang dialami Melland termasuk penyakit langka yang
disebut aquagenic urticaria. Kasus semacam ini diperkirakan
hanya ada 40 kasus di dunia. Penyakit itu mulai menyerang Melland sejak tujuh tahun
silam. "Saya tiba-tiba mengalami ruam setelah bersentuhan
dengan air. Saya pikir air yang saya gunakan terkontaminasi
bahan kimia, namun ketika saya menyentuh air untuk kali
berikutnya, gejala yang sama timbul kembali,” kata Melland seperti dikutip dari The Sun. Sejak penyakit itu terdiagnosis, Melland bak terperangkap ke
dalam penderitaan yang dalam. Ia tak boleh berenang.
Bahkan, ia sebisa mungkin tak boleh menangis karena air
mata yang menetes bisa menimbulkan bercak di wajah. Ia juga harus membatasi mandi karena aktivitas itu sangat
menyakitkan. Efek alergi biasanya berlangsung beberapa jam
jika air tak segera dihapus dari tubuhnya. Dan, setelah
terkena air, ia harus segera mengoleskan lotion
hypoallergenic hingga tubuhnya kembali normal. Kemanapun ia selalu membawa payung lipat, khawatir air
hujan menyentuh tubuhnya. Tisu juga selalu tersedia dalam
tas untuk membersihkan wajah dan tangan setiap kali
bersentuhan dengan air. "Aku berharap suatu pagi aku akan
bangun dan alergi ini bisa hilang,” katanya. Kasus ini juga menimpa Ashleigh Morris, gadis Australia
berusia 21 tahun. Ruam-ruam merah menyakitkan di kulit
langsung timbul ketika ia bersentuhan dengan air. Ia tak bisa
mandi lebih dari satu menit karena akan sangat menyakitkan.
Beruntung alergi itu hanya di kulit. Mereka tak memiliki
masalah ketika minum air. Nina Goad dari British Association of Dermatologist
mengatakan, alergi air kemungkinan terjadi akibat tingginya
kadar histamin dalam darah. Namun sejauh ini, para ahli
belum mengetahui dengan pasti apa penyebab kondisi langka
itu sehingga pengobatannya juga belum ditemukan.