Thursday 5 May 2011

bunuh diri karena sangat ingin sekolah

Ingin menangis rasanya membaca berita yang di sebuah website stasiun tv swasta; seorang anak kecil yang bunuh diri karena sangat ingin sekolah. Terkadang kita lupa kesenjangan sosial (red:kemiskinan) bisa berdampak sedemikian buruknya. Bagaimana tidak, seorang anak kecil berusia 11 tahun, Muh,basir memutuskan bunuh diri setelah beberapa hari terus menerus menuntut pada orang tua untuk disekolahkan. 

Disaat justru anak anak lain membuat orang tuanya bersedih dan susah karena malas dan "membenci" sekolah, walaupun nyaris semua kehendak mereka dipenuhi dan disekolahkan di sekolah bergengsi, bocah ini malah sedemikian bersedihnya karena tidak bisa sekolah hingga memutuskan untuk mengakhiri hidup. 

semua karena kita lupa,

Kita lupa bahwa sekian ratus ribu yang kita habiskan unt bisa makan disebuh resto bergengsi, hanya unt mencari suasana berbeda dan prestisi, adalah setara dengan jumlah pedapatan sebulan sorang bapak di pasaman dengan tanggungan sekian orang untuk bisa bertahan hidup.

Kita lupa bahwa disaat kita menyempatkan diri liburan ke negri atau benua lain untuk menghabiskan liburan tiap bulan, ada anak anak yang bekerja di waktu luang mereka di pasar2 atau pabrik2 untuk pengisi liburan.

Kita lupa disaat kita malas dan rasanya muak dengan sekolah, atau pendidikan yang kita geluti ada anak anak di luar sana yang hanya bisa menyebut sekolah itu sebagai impian, namun, bagaimanapun tentu kita tidak berharap diingatkan mengenai fakta ini dengan cara setragis itu.

Metrotvnews.com, Jakarta: Nasib tragis menimpa Muhammad Basir. Anak berusia 11 tahun itu nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di sebuah gerobak rokok kosong yang ada di kawasan pasar.

Putra pasangan Gilik dan Ade itu menghabisi hidupnya diduga karena keinginannya untuk melanjutkan sekolah tidak dapat dipenuhi oleh kedua orang tuanya.

Sejumlah teman korban tidak kuasa menahan kesedihan, saat menyaksikan sahabatnya Basir, telah terbujur kaku.

Menurut warga, sebelum Basir tewas, ia kerap meminta kepada kedua orangtuanya agar mendaftarkan dirinya ke salah satu sekolah dasar. Namun karena terbentur biaya, kedua orangtua Basir hanya bisa pasrah dan membiarkan putranya tak bersekolah.



sesudah ini, semoga tidak ada basyir kecil yang lain

No comments:

Post a Comment