Saturday 18 September 2010

Peti Mati Berlayar 8 Tahun Ke Kampung Halaman

Charles Francis Coghlan dilahirkan di Pulau Prince Edward, di
pesisir pantai timur Kanada pada 1841 sebagai keluarga
pendatang dari Irlandia yang miskin. Begitu menginjak usia
sekolah, para tetangga Coghlan mengumpulkan dana
sumbangan untuk menghantarnya melanjutkan sekolah di
Inggris mendalami bidang hukum. Coghlan menunjukkan kecerdasannya ketika di bangku
sekolah dan berhasil melanjutkan pelajaran hingga tamat.
Tetapi hasrat terbesarnya untuk menjadi pemain film telah
menjadikan orang tua Coghlan menentangnya habis-habisan.
Bapaknya yang menentang keras keinginan anaknya itu
memberikan dua pilihan kepada Coghlan, lupakan cerita tentang menjadi bintang film atau jangan menjejakkan kaki
lagi di rumah mereka. Coghlan memilih untuk meneruskan
cita-citanya, meninggalkan rumah dan berjanji tidak akan
kembali ke Pulau Prince Edward lagi. Coghlan ternyata membuat pilihan tepat karena menjadi
pemain film yang berhasil, dengan setiap aksinya yang selalu
mendapat pujian dari penonton. Penampilan pertamanya
adalah di London pada tahun 1860, dan menjadi aktor utama
di Prince of Wales’s. Ia pergi ke Amerika pada tahun 1876, di mana ia selanjutnya menghabiskan sisa hidupnya, pertama
kalinya ia bermain untuk perusahaan Augustin Daly dan
kemudian untuk perusahaan saham Union Square, selama
jangka panjang The celebrate Case. Dia juga sempat bermain dengan saudara perempuannya,
Rose Coghlan, dan turut mendukung film-film Lillie Langtry
dan Minnie Maddern Fiske, dan pada tahun 1898
menghasilkan sebuah film versi Alexander Dumas ‘Kean, berjudul The Royal Box, yang mana telah berhasil
menjadikannya seorang bintang besar selama tahun-tahun
terakhir dalam karirnya.Rose adiknya juga menjadi seorang
aktris. Putrinya Gertrude Coghlan (1 Februari 1876 – 11 September 1952) adalah juga seorang aktris, dan putranya,
Charles Jr adalah seorang aktor. Suatu hari, Coghlan mengunjungi seorang peramal gipsy dan
wanita gipsy itu memberitahu sesuatu yang membuat
Coghlan mengingatnya seumur hidupnya. Dia berkata:
“Charles, anda akan menjadi terkenal tetapi akan menemui maut semasa di puncak ketenaran anda. Roh anda tidak akan
tenang sehingga anda dikembalikan ke tanah kelahiran
anda.” Coghlan amat terganggu dan juga kagum dengan ramalan
itu, dan kerap mengulangi pernyataan peramal itu kepada
rekannya dalam setiap percakapan tetapi kebanyakan dari
teman-temannya menganggapnya hanya sebuah takhayul. Pertanda awal ramalan itu menjadi kenyataan apabila pada
27 November 1898, Coghlan meninggal dunia secara tiba-tiba
di atas pentas ketika memerankankan Hamlet di Galveston,
Texas. Ketika itu, akting Coghlan mendapat pujian hebat dari
para kritisi teater dan memang benar, dia meninggal dunia
pada puncak kemasyhurannya. Minggu berikutnya, Coghlan dikebumikan di tanah
perkuburan Galveston. Dua tahun kemudian, sebuah topan
dahsyat melanda Galveston dan menelan korban 6,000 jiwa
serta memusnahkan tanah perkuburan tempat Coghlan
disemadikan. Pagi berikutnya, pihak berwenang mendapati beberapa peti
mati dihanyutkan oleh topan itu ke laut dan salah satu peti
mati itu terdapat mayat Coghlan. Begitu keluarga Coghlan
mendengar kabar mengenai tragedi yang menimpa Coghlan ,
mereka menawarkan ganjaran yang lumayan besar kepada
siapa saja yang berhasil menemukan peti mati itu, tetapi tiada satu orang pun yang melaporkan berhasil menemukan
peti mati tersebut. Pada Oktober 1908, kira-kira delapan tahun selepas topan
yang melanda Galveston, beberapa nelayan di Charlottetown
Pulau Prince Edward menemukan sebuah peti mati besar
terapung dipukul ombak ke pantai kepulauan itu.
Berdasarkan kepingan perak yang melekat pada peti mati
itu, tak dapat disangsikan peti mati itu adalah peti mati Charles Coghlan yang telah hilang sekian lama. Peti mati itu melakukan perjalanan beribu-ribu kilometer
dari tanah perkuburan Galveston hingga akhirnya tiba di
tanah kelahiran Coghlan, seperti yang diramalkan peramal
gipsy 10 tahun sebelum kejadian itu. Sehingga kini cerita ini
kekal sebagai misteri dan menjadi salah satu kisah nyata
yang aneh dalam sejarah.

No comments:

Post a Comment