Wednesday 18 August 2010

Kasus-Kasus Tragis, Kanibalisme Untuk Bertahan Hidup

Inilah kisah-kisah luar biasa tentang sekelompok orang yang
melakukan praktek kanibalisme demi mempertahankan
hidupnya. Bencana yang terjadi membuat orang tidak lagi
bisa berpikir normal. Betapa tidak, terdampar di pegunungan
terpencil di musim dingin, tanpa makanan, apa yang harus
dilakukan untuk mempertahankan hidup?? Salah satu kisah paling terkenal adalah jatuhnya pesawat
Uruguay Force di pegunungan Andes pada tahun 1972. Demi
bertahan hidup penumpangnya terpaksa memakan mayat
teman-temannya. Dan itu terjadi selama 72 hari sampai
akhirnya mereka berhasil ditemukan. Kisah lain yang tak kalah dasyatnya adalah peristiwa
pengepungan kota Leningrad, Soviet, yang berlangsung
selama dua tahun. Masyarakat yang kelaparan terpaksa
saling bantai agar bisa bertahan. Konon, sekitar 1,5 juta jiwa
jadi korban peristiwa tragis ini. Berikut kisah-kisah kanibalisme terkenal yang
terjadi karena bencana.
1.Kasus Jatuhnya Pesawat Uruguay Force Flight di
Andes: Kasus Kanibalisme Paling Terkenal Inilah kasus kanibalisme paling terkenal dalam sejarah,
terjadi di pegunungan Chili, Andes—perbatasan Argentina- Chilli– pada musim dingin tahun 1972. Peristiwa ini bermula dengan jatuhnya pesawat carteran Uruguay Air Force Flight
571 yang membawa 45 orang penumpang, termasuk di
dalamnya tim rugby dan keluarganya, di pegunungan Chili,
Andes, 13 Oktober 1972.
Dari kecelakaan itu, 29 penumpang berhasil selamat, namun
medan yang berat membuat satu demi satu korban berjatuhan. Delapan orang tewas tertimbun longsoran salju,
beberapa lainnya menyusul ke alam baka karena berbagai
sebab, di antaranya, suhu yang luar biasa dingin dan cidera.
Praktis yang tersisa hanya 16 orang, mereka berhasil di
selamatkan pada 23 Desember 1972. pesawat carteran Uruguay Air Force Flight 571 yang membawa 45 orang penumpang, termasuk di dalamnya tim rugby dan keluarganya, di pegunungan Chili, Andes, 13 Oktober 1972. Itupun, setelah mereka sendiri berjuang mencari bantuan,
karena operasi penyelamatan telah dihentikan jauh-jauh hari.
Pemerintah setempat sudah menganggap mereka sebagai
korban hilang yang tak ditemukan, sampai akhirnya para
korban itu datang sendiri melaporkan lokasi mereka. Luar
biasa!!! Bayangkan, berada di ketinggian 3.600 meter di atas
permukaan laut pada saat musim dingin sedang hebat-
hebatnya. Salju yang turun deras, nyaris membekukan
semuanya. Nah, para korban ini, hanya memakai pakaian
seadanya, tidak ada makanan, siapapun tak bisa berpikir
normal. Bagaimana caranya bertahan hidup, survive, itulah satu-satunya yang ada dalam pikiran mereka. Tim Rugby yang naas Dan, satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan
memakan teman-teman mereka yang telah tewas. Ini bukan
keputusan mudah, bahkan terlalu berat, tapi harus dilakukan
jika ingin hidup. Biasanya, dalam keadaan terjepit seperti itu,
orang baru mengerti betapa berharganya sebuah kehidupan.
Dan mereka berjuang untuk mempertahankannya, apapun caranya.
Yang menyakitkan, lewat radio mereka memonitor kalau
upaya pencarian mereka dihentikan karena lokasi kecelakaan
tidak ditemukan. Operasi penyelamatan mereka dihentikan
setelah delapan hari pencarian, atau 11 hari mereka jatuh di
gunung. Pihak berwenang menganggap semua korban pasti tidak ada yang selamat. Bisa dimaklumi, lokasi pengunungan
itu sangat sulit diakses, sementara dari udara terlihat semua
berwarna putih karena tertutup salju. Celakanya, pesawat itu
pun berwarna putih. Nando Parrado, Roberto Canessa dan Sergio Katalan (berdiri di belakang: penduduk yang menolong mereka) Persisnya, 72 hari mereka survive sebelum akhirnya
ditemukan tim SAR. Itupun setelah dua orang dari korban,
Nando Parrado dan Roberto Canessa, berjuang mencari
bantuan. Mereka menuruni pegunungan, mencari jalan
menuju ‘kehidupan’. Selama 12 hari keduanya menempuh jalan sulit, penduduk setempat, Sergio Katalan, menemukan
mereka. Endingnya, semua korban (16 orang) dibawa ke
rumah sakit Santiago dan dirawat karena menderita penyakit
ketinggian , dehidrasi , radang dingin , patah tulang, kudis
dan gizi buruk.
Pengalaman luar biasa ini, difilmkan pada tahun 1993, dan sejak itu menjadi salah satu kisah ajaib paling terkenal
sepanjang masa. Tahun 2006 lalu, Nando Parrado, salah
seorang selamat, membukukan pengalamnya yang dramatis
itu dalam buku berjudul Miracle in the Andes: 72 Days on the
Mountain and My Long Trek Home.
(Kalau mau lebih rinci baca kisah ini bisa klik di sini: http:// en.wikipedia.org/wiki/Uruguayan_Air_Force_Flight_571) 2. Ekspedisi Franklin Inilah ekspedisi yang paling disesali sepanjang masa. Populer
dengan sebutan ekspedisi Franklin, seorang perwira angkata
laut yang sudah berpengalaman dan berkali-kali memimpin
ekspedisi, dan kali itu tahun 1845, dia diperintahkan Sir John
Barrow memimpin ekspedisi lagi yakni menyelesasikan
pemetaan bagian barat laut ujung Kanada dan melayari Kutub Utara. Ekspedisi itu sendiri dilakukan dua kapal,
Erebus dan HMS Terror, dua kapal canggih di zamannya. franklin-expedition Tapi kecanggihan teknologi, tak mampu mengalahkan alam.
Konon dua kapal ini terkepung es di Victoria Selat dekat
Pulau King William di Arktik Kanada. Franklin dan 128 crew
dan peneliti, hilang. Nasib ekspedisi Franklin ini baru
terungkap berabad-abad kemudian. Selama itu pencarian
terus dilakukan, bahkan dengan iming-iming hadiah. Sebuah pencarian yang dipimpin oleh Francis Leopold
McClintock pada tahun 1859 menemukan sebuah catatan
yang tertinggal di Pulau King William tentang rincian
ekspedisi itu. Pencarian kemudian dilanjutkan sampai abad
ke-19. Barulah pada tahun 1981, lewat penelitian tim ilmuwan yang
dipimpin Prof Owen Beattie, seorang antropologi dari
Universitas Alberta, berhasil mengungkap beberapa hal dari
temuan mereka di Pulau Beechey dan Pulau Raja William. Di
Pulau Beechey di mana beberapa awak dikubur, ditemukan
bahwa mereka meninggal karena radang paru-paru dan mungkin TBC dan keracunan timah. Tapi penemuan yang
juga mengejutkan di Pulau King Williams di mana terjadinya
kanibalisme karena kelaparan sehingga akhirnya semua
terbunuh. 3. Kapal Pemburu Paus Essex Cerita tentang kanibalisme untuk survive di kalangan pelaut
sebenarnya bukan hal yang baru. Bahkan pada awal-awal
abad ke-19 dunia maritime marak dengan cerita-cerita
mengerikan semacam itu. Salah satu contohnya adalah Kapal
Essex, kapal pemburu paus, pada tahun 1820.
Kisah itu dimulai dengan kecelakaan kapal pada tahun 1820, di mana paus menabrak Essex yang menyebabkan kapal
tersebut tenggelam di 2.000 mil laut (3.700 km) sebelah
barat pantai barat Amerika Selatan. Kapal Essex Sebanyak 21 awak berhasil menyelamatkan diri di Pulau
Henderson, wilayah kepulauan Pitcairn. Di Pulau Henderson
mereka bertahan dengan makan ikan, burung juga tumbuhan
yang ada, juga ditemukan sumber mata air kecil untuk
minum.
Sayangnya, sumber daya alam pulau itu hanya cukup untuk seminggu, selanjutnya tidak ada lagi yang bisa dimakan.
Mereka masih mencoba bertahan dengan minum air kencing
sendiri, tapi tidak lama. Jadi, bisa ditebak apa yang terlintas
di pikiran mereka untuk bisa bertahan.
Di sinilah berlaku hukum rimba, siapa yang kuat dia yang
menang. Mereka saling membatai, saling memakan. Tidak ada teman, sahabat, bahkan saudara, semua saling bantai.
Tragisnya, kapten kapal, Pollard ikut memakan sepupunya,
Owen Coffin, yang sebelumnya dibantai oleh anak buahnya
sendiri.
Pertolongan baru datang hampir setahun kemudian oleh
kapal penangkap ikan Dauphin Nantucket 95. Saat itu dua orang yang selamat, kapten Pollard dan Ramsdell, orang
yang membunuh Coffin sepupu Pollard. Di tempat terpisah
crew lain berhasil diselamatkan kapal dagang India.
Sebanyak delapan orang berhasil diselamatkan. Pengakuan
mereka, mereka berhasil bertahan hidup dengan
mengkonsumsi mayat tujuh temannya. 4. Pengepungan Leningrad Inilah kisah pengepungan paling lama dan paling banyak
korban sepanjang sejarah. Pengepungan Leningrad atau
popular juga dengan sebutan Blokade Leningrad, adalah
operasi militer berkepanjangan yang dilakukan oleh Jerman
dan pasukan pertahan Finlandia untuk memblokade
Leningrad pada 8 September 1941. Pengepungan ini berlangsung selama dua tahun. Pengepungan Leningrad yang menimbulkan korban 1,5 juta jiwa Kota ini benar-benar terisolasi, baik di darat maupun laut.
Selama berbulan-bulan, para penduduk hanya makan dari
danau yang ada di sana, , tapi ketika musim dingin tiba,
danau beku. Tentara Soviet mengalami kesulitan untuk
memasok makanan. Masyarakat mulai kelaparan. Untuk
memenuhi kebutuhan akan makanan, para tukang roti di kota itu diperintahkan untuk membuat roti yang dicampur
dengan serbuk gergaji. Ini semata-mata untuk bertahan
hidup. Selebihnya, burung, tikus, dan makan-makanan lain
yang dalam kondisi normal jijik untuk dimakan, terpaksa
menjadi santapan. Ini semua demi perut, dan demi
kehidupan. Ketika tidak ada lagi yang bisa dimakan, maka mulailah terjadi kanibalisme. Praktek ini terjadi semakin meluas di seluruh kota, sampai-
sampai Polisi Leningrad merasa perlu melakukan patrol anti-
kanibalisme, untuk mencegah kondisi makin buas dan tak
terkendali. Dan memang itulah tujuan Jerman dan Finlandia
untuk menjatuhkan Soviet. Sekalipun belakangan diakui
bahwa kanibalisme ini kenyataannya menyelamatkan kehidupan banyak orang, tapi pada saat itu polisi tetap
melarang perbuatan itu. Meski begitu kanibalisme tetap
terjadi meski sembunyi-sembunyi. Diperkirakan, tragedy itu
menyebabkan tewasnya 1,5 juta orang.
Berdasarkan catatan, ini bukan pertama kalinya rakyat Soviet
melakukan kanibalisme. Sebelumnya, tahun 1932-1933 terjadi bencana kelaparan yang luas di Ukraine yang
menyebabkan praktek kanibalisme terjadi di kawasan itu. 5. Holocaust Sampai sekarang peristiwa itu masih menjadi sumber
perdebatan. Holocaust adalah genosida sistematis yang
dilakukan Jerman Nazi terhadap berbagai kelompok etnis,
keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II.
Bangsa Yahudi di Eropa merupakan korban-korban utama
dalam Holocaust, yang disebut kaum Nazi sebagai “Penyelesaian Terakhir Terhadap Masalah Yahudi”. Jumlah korban Yahudi umumnya dikatakan mencapai enam
juta jiwa. Genosida ini yang diciptakan Adolf Hitler
dilaksanakan, antara lain, dengan tembakan-tembakan,
penyiksaan, dan gas racun, di kampung Yahudi dan Kamp
konsentrasi.
Selain kaum Yahudi, kelompok-kelompok lainnya yang dianggap kaum Nazi “tidak disukai” antara lain adalah bangsa Polandia, Rusia, suku Slavia lainnya, penganut agama
Katolik Roma, orang-orang cacat, orang cacat mental,
homoseksual, Saksi-Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses), orang komunis, suku Gipsi (Orang Rom dan Sinti) dan lawan-
lawan politik. Mereka juga ditangkap dan dibunuh. Jika turut
menghitung kelompok-kelompok ini dan kaum Yahudi juga,
maka jumlah korban Holocaust bisa mencapai 9-11 juta jiwa. holocaust Kesadisan Jerman memperlakukan tawanannya sudah
menjadi cerita yang hidup puluhan tahun hingga kini. Apa dan
bagaimana mereka diperlakukan menjadi kisah yang tak
hent-hentinya mengundang air mata dan kemarahan. Konon,
para tawanan perang Jerman ini dibiarkan kelaparan di
kamp-kamp konsentrasi yang didirikan Jerman. Dampaknya, demi mempertahankan hidupnya para tawanan pun saling
memangsa satu sama lain. 6. Alferd Packer Alferd Packer (21 November 1842 – 23 April 1907) sering dikenal sebagai satu-satunya warga Amerika yang pernah
dihukum dengan tuntutan kanibalisme, meskipun sebenarnya
tuntutannya adalah pembunuhan, bukan kanibalisme.
Anggota Partai Donner yang terkenal itu pun, tidak dihukum
karena kanibalisme di California, karena secara hukum
kanibalisme bukanlah kejahatan di Amerika Serikat. Alferd_Packer Pada 9 Februari 1874, dia dengan 5 orang lainnya melakukan
ekspedisi di pegunungan Colorado. Dua bulan kemudian
Packer kembali dari ekspedisi sendirian. Ketika ditanya
kemana orang-orang yang telah pergi dengan dia, Packer
mengatakan bahwa dia telah membunuh mereka semua
untuk bertahan hidup dengan terpaksa memakan tubuh teman-temannya.

No comments:

Post a Comment